Mengapa Pendidikan Kristen yang dipilih?

Pendidikan Kristen dipilih untuk dilaksanakan karena hanya pendidikan Kristen yang memandang manusia sebagai ciptaan yang segambar dengan Allah dan telah rusak karena dosa sehingga membutuhkan pemulihan melalui Yesus Kristus.

Pertanyaan “Mengapa pendidikan harus dilaksanakan?” merupakan suatu pertanyaan yang penting bagi seorang pendidik/guru/orangtua di dalam hatinya. Pertanyaan “Mengapa pendidikan Kristen yang harus dilaksanakan?” dapat dijadikan sebagai dasar untuk memotivasi para pendidik untuk melihat betapa pentingnya pendidikan Kristen itu harus dilaksanakan.

1. “…manusia adalah ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah…”

Pengertian dari frasa “…manusia adalah ciptaan yang segambar dengan Allah dan telah rusak…” menjelaskan bahwa manusia sebagai gambar dan rupa Allah dalam hal memiliki sifat-sifat Allah.
Hal-hal yang tercakup dalam ‘gambar dan rupa Allah’ dalam diri manusia.
a) Original righteousness (kebenaran yang semula) yang terdiri dari pengetahuan, kebenaran, dan kekudusan yang benar.
b) Manusia adalah makhluk berakal
Allah adalah makhluk berakal dan membuat manusia sebagai makhluk berakal, Ams 3:19-20. Binatang hanya mempunyai naluri, bukan akal sehingga tidak bisa mengembangkan kemampuannya sendiri. Jadi penulis tidak setuju dengan pandangan behaviorisme bahwa manusia adalah binatang.
c) Manusia adalah makhluk bermoral (moral being).
Binatang bukanlah makhluk bermoral dan karena itu untuk binatang tidak ada dosa atau suci, baik atau jahat. Tetapi manusia adalah makhluk bermoral (seperti Allah, malaikat, setan), karena itu ada dosa / suci, baik / jahat.
d) Manusia adalah makhluk rohani sebagaimana Allah adalah Roh (Yoh 4:24). Kej 2:7 juga menunjukkan pemberian nafas hidup kepada manusia yang menyebabkan ia menjadi makhluk rohani. Ini menyebabkan manusia bisa berhubungan/bersekutu dengan Allah, berdoa, mendengarkan Firman Tuhan, berbakti kepada Tuhan, dsb.
f) Manusia diberi mandat penguasaan atas alam dan binatang-binatang (Kej 1:26; Maz 8:6-9). Dalam melaksanakan mandat penguasaan ini manusia memerlukan bimbingan agar bisa menguasai dengan baik dan benar.

2. “…telah rusak…”

Pada saat manusia jatuh dalam dosa maka terjadi kerusakan total dari natur manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Namun kerusakan total ini tidak berarti kerusakan mutlak. Hal ini perlu kita bedakan karena kerusakan mutlak berarti bahwa seseorang itu menyatakan kebejatannya sampai tingkat yang paling bejat (dimana tidak mungkin ada yang lebih bejat dari itu) setiap saat. Bukan saja semua pikiran, perkataan dan perbuatannya penuh dosa tapi juga sangat jahat sejahat yang dapat dilakukan manusia.
Kita mengetahui bahwa manusia walaupun telah jatuh dalam dosa masih dapat juga berbuat “baik” di tengah kerusakannya yang total. Karena Allah, melalui kasih karuniaNya yang bersifat umum (yang dicurahkan untuk semua orang baik orang percaya maupun orang tidak percaya), berdaulat mencegah kejahatan yang akan dilakukan manusia. Kerusakan total juga tidak berarti hilangnya kebajikan relatif. Artinya bahwa manusia yang berdosa masih juga dapat melakukan kebajikan lepas dari unsur motivasi dan iman dari semua tindakannya. (Palmer, 1996:1-4)
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kerusakan total berarti bahwa manusia memiliki sifat untuk cenderung melakukan hal yang jahat dan perbuatan-perbuatan baik yang dapat dilakukan manusia itu dihadapan Allah hanyalah seperti pakaian kotor dalam arti bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kebajikan sejati yang diinginkan Allah. Manusia juga tidak memiliki kemampuan untuk dapat memahami hal-hal yang berasal dari Allah, dan tidak memiliki kemampuan untuk menginginkan yang baik yang sesuai dengan kehendak Allah dan yang berkenan kepadaNya. Dengan kejatuhan manusia ini, telah merusak gambar dan rupa Allah dalam diri manusia termasuk unsur rasio, emosi, dan moral yang merupakan unsur penting yang dimiliki oleh pendidik dan anak didik.

3. “…membutuhkan pemulihan…”

Anak didik adalah manusia yang telah kehilangan gambar dan rupa Allah maka perlu adanya pemulihan kembali. Dalam Ef 4:24 dinyatakan,

“Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”.

Artinya, karena kehidupan lama dari anak didik itu adalah berdosa maka Allah memulihkannya dengan cara mengenakan manusia baru.

Mengapa manusia yang mau belajar harus dipulihkan?
Amsal 3:12-13 menjawabnya,

“Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian.” Dengan kata lain, Tuhan hanya memberi ajaran kepada orang yang sudah dipulihkan.

 

Oleh Bahktiar Sihombing

, , , , , , ,
Menu